Minangkabau termasuk salah satu nagari
(desa) yang berada di wilayah Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar,
Provinsi Sumatera Barat. Namun, setelah terjadi suatu peristiwa maka, daerah
itu dinamakan Nagari Minangkabau. Cerita Asal Mula Nagari
Minangkabau.
Dahulu, di dearah sumatera Barat, ada sebuah
kerajaan yang makmur dan damai Kerajaan itu di pimpin oleh seorang Raja yang
bijaksana. Kerjaan itu beranama Kerajaan Pagaruyung. Suatu ketika terdengar
kabar bahwa kerajaan Majapahit akan menyerah mereka.
Para pemimpin Kerajaan Pagaruyung memberikan
semboyan kepada seluruh perajurit “Musuh pantang dicari, datang pantang
ditolak. Kalau bisa dihindari, tapi kalau terdesak kita hadapi,”.
Suatu hari, di tengah masa peperangan yang akan
di mulai tersebut. Raja kerajaan Pagaruyung melakukan diskusi dengan para
penasehatnya. Mereka memberikan berbagai macam usulan untuk menahan serangan
pasukan Majapahit. Setelah semua penasehat memberikan idenya tibalah kepada
seorang penasehat kepercayaan Raja memberikan idenya.
“Paduka Raja, Apakah sebaiknya kita ajak musuh
untuk berunding untuk menghindari pertumpahan darah. Kita sambut mereka di
perbatasan setelah itu kita ajak mereka untuk berunding. Jika mereka menolak,
ajaklah mereka untuk beradu kerbau ,” Penasehat Raja berkata.
“Hmmm… ide yang bagus,” sang Raja berkata, begitu pula dengan para penasehat
yang lain.
Setelah itu, sang Raja bersama punggawanya
menyiapkan segala sesuatu nya. Sang raja menyuruh putrinya untuk mencari
beberapa dayangnya yang cantik. Lalu mereka diajarkan tata krama dan dikenakan
pakaian yang indah.
Setelah semua siap, bersama orang kerpercayaan
raja dayang-dayang istana pergi ke perbatasan untuk menyambut kedatangan
pasukan musuh. Mereka membawa banyak sekali makanan lezat untuk menjamu pasukan
Majapahit. Sementara itu, dari kejauhan, pasukan Pagaruyung berjaga-jaga untuk
mengatisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Tak berapa lama setelah rombongan Datuk Tantejo Garhano tiba di perbatasan,
pasukan musuh dari Majapahit pun sampai di tempat itu.
Sesampainya mereka disana, Mereka dijamu oleh
dayang – dayang istana yang telah dipersiapkan kerajaan Pagaruyung. Melihat
wanita cantik dan perlakuan ramah oleh pihak Pagaruyung. pasukan Majapahit
menjadi terheran-heran, dengan keramahan dayang – dayang cantik itu, pasukan
Majapahit mulai hilang semangat untuk melakukan peperangan. Setelah mereka
menikmati hidangan dan hiburan yang diberikan, pasukan Majapahit di ajak masuk
menemui Sang Raja.
Setelah pasukan Majapahit selesai menikmati hidangan dan beristirahat
sejenak, Datuk Tantejo Garhano segera mengajak pemimpin mereka ke istana untuk
menemui sang Raja.
“Selamat datang, Tuan,” sambut sang Raja dengan Ramah.
“Ada apa gerangan Tuan kemari?” sang Raja pura-pura tidak tahu, kata sang
Raja.
“Kami diutus oleh Raja Majapahit untuk menaklukkan Pagaruyung. Dengan
kemengan kami harus kembali!,” jawab pemimpin itu.
“Oh, begitu,” jawab sang Raja sambil tersenyum, “Kami memahami tugas Tuan.
Tapi, bagaimana kalau peperangan ini kita ganti dengan adu kerbau. Tujuannya
adalah untuk menghindari pertumpahan darah di antara pasukan kita.”
Pemimpin pasukan Majapahit itu terdiam. Setelah berpikir sejenak, akhirnya
ia pun menyetujui usulan sang Raja.
“Baiklah, Paduka Raja. Kami menerima tawaran Paduka,” jawab pemimpin itu.
Dalam kesepakatan itu tidak ada ketentuan jenis
maupun ukuran kerbau yang dilarang. Pasukan Majapahit memilih seekor kerbau
yang paling kuat, besar. Di lain pihak, Pagaruyung justru memilih seekor anak
kerbau yang masih menyusu. Tetapi pada kepala anak kerbau dipasang besi
runcing. Sehari sebelum pertandingan itu anak kerbau itu sengaja dibuat lapar.
Keesokan harinya, kedua kerbau aduan segera
dibawa ke gelanggang. Kedua belah pihak memberikan semangat dukungan pada
kerbau aduan kerajaan mereka masing-masing. Setelah beberapa waktu berlalu,
kedua kerbau tersebut dilepas, kerbau milik Majapahit terlihat beringas dan
liar. sedangkan, anak kerbau milik Pagaruyung segera memburu hendak menyusu
pada kerbau besar itu karena mengira induknya.
Perut kerbau milik Majapahit pun terluka terkena
tusukan besi runcing yang terpasang di mulut anak kerbau milik Pagaruyung.
Setelah beberapa kali tusukan, kerbau milik pasukan Majapahit akhirnya roboh
dan terkapar di tanah. Melihat kejadian itu, penonton dari pihak Pagaruyung pun
bersorak-sorak gembira.
Akhirnya, pasukan Majapahit dinyatakan kalah
dalam pertandingan tersebut. Mereka pun diizinkan kembali ke Majapahit dengan
damai. Setelah kejadian itu, berita kemenangan Kerajaan Pagaruyung mengalahkan
majapahit menggunakan kerbau menjadi ke mana – mana . Kata “minang kabau” yang
berarti menang kerbau menjadi terkenal keseluruh pelosok desa. Lama-kelamaan,
penggunaan kata “minang” menjadi kata “minang”. Sejak itulah, tempat itu
dinamakan Nagari Minangkabau, yaitu sebuah nagari (desa) yang bernama
Minangkabau.
Sebagai upaya untuk mengenang peristiwa tersebut,
penduduk negeri Pagaruyung merancang sebuah rumah rangkiang (loteng)
yang atapnya menyerupai bentuk tanduk kerbau. Konon, rumah itu dibangun di
perbatasan, tempat pasukan Majapahit dijamu oleh para wanita-wanita cantik
Pagaruyung.