Di Pulau Nusa dahulu kala,
hiduplah seorang laki-laki bernama Nusa. Ia bersama keluarganya di Kalimantan
Tengah. Pekerjaan mereka menangkap ikan dan bercocok tanam di Sungai
Kahayan. sewaktu kemarau panjang melanda tanaman susah tumbuh, tidak dapat
tumbuh dengan baik dan ikan-ikannya pun semakin berkurang, sehingga mereka
harus menyimpan bahan makanan sebelumnya. Keadaan itu membuat mereka semakin
sulit untuk hidup di daerah sana sehingga mereka memutuskan untuk pudah ke
sebuah dusun bernama udik.
Setelah mempersiapkan bekal seadanya, pergilah
mereka menuju dusun udik dengan menggunakan sampan. Beberapa hari
mereka melakukan perjalanan dan menyusuri Sungai Rungan (anak Sungai Kahayan),
namun ditengah perjalanan itu perbekalan mereka habis dan mereka beristirahat
di sebuah gua dekat sungai. Karena perbekalan sudah menipis mereka mencari
makan didekat sana. Beberapa saat kemudian, Nusa sudah kembali membawa sebutir
telur yang besarnya dua kali telur angsa.
“Hei! Aku membawa makanan ena, kita bisa makan kenyang sekarang. Dik, tolong
rebus telur ini!” pinta Nus.
Tetapi karena istri dan adiknya tidak mau memakan
telur tersebut, maka Nusa memakan sendiri telur tersebut. Keesokan harinya,
seluruh tubuhnya dipenuhi dengan bintik – bintik merah. Seluruh keluarganya
kebingungan melihat keadaan Nusa. Keadaan Nusa semakin mengerikan pada waktu
siang. Sisik keluar di seluruh tubuhnya, makin lama tubuhnya berubah menjadi
ular dan mirip seperti naga, tetapi kepalanya masih berwujud manusia.
Seluruh keluarganya terdiam dan tidak tahu harus
berbuat apa. Rasa sedih, dan perasaan perihatin menyelubungi keluarga mereka.
Tubuh Nusa makin lama makin membesar, hingga keesokan harinya tubuh Nusa benar
– benar berubah menjadi seekor ular Naga. Panjangnya sudah mencapai sekitar
duapuluh lima depa, dan besarnya tiga kali pohon kelapa.
Menjelang siang, Istri bersama dengan adiknya
meminta para warga untuk menolong mereka memasukkan Nusa ke dalam Sungai,
karena Nusa terus menjerik kesakitan terkena sinar matahari. Sewaktu akan masuk
ke Sungai istri Nusa meteskan air mata, serasa ia tidak akan bertemu suaminya
lagi. Di saat – saat terakhir Nusa berpesan kepada istrinya.
“Nanti malam akan ada bencada di sini, yaitu Air
sungai ini akan meluap. Suru para warga yang di sekitar sini untuk pergi
menyelamatkan diri. Abang akan menuju ke Sungai Kahayan dan Abang akan tinggal
untuk selamanya,” sambil meneteskan air mata. Setelah malam tiba, Hal yang
dikatakan Nusa benar – benar terjadi.
Pada saat itu, Nusa yang berusaha menyelamatkan
diri akhirnya tibalah dia di muara Sungai Kahayan. Ia menetap di sebuah teluk
yang agak dalam. Karena terdapat banyak jenis ikan yang hidup di sana, ia
menjadi senang dan tidak perlu khawatir kekurangan makanan. Namun bagi ikan –
ikan Nusa adalah sebuah ancaman bagi mereka.
Ikan Jelawat, Ikan Saluang (sejenis ikan
teri), dan berbagai jenis ikan lainnya juga berkumpul disana dan mendiskusikan
cara untuk mengusir Naga Nusa. Rencana dan persiapan pun selesai. Keesokan harinya,
Ikan Saluang mulai menjalankan rencananya. Ia diam termenung seorang
diri di suatu tempat yang tidak jauh dari naga itu berada. Ia berpikir, naga
itu tidak mungkin memangsa tubuhnya yang kecil itu, karena tentu tidak akan
mengenyangkannya. Tidak lama kemudian, naga itu pun datang menghampirinya.
Ikan Saluang menceritakan ada seekor naga yang tinggal di teluk dia sangat
besar dan hebat. Dia menantang Naga Nusa untuk beradu duel. Mendengar hal itu
Naga Nusa langsung marah dan menyetujui tantangan tersebut.
Keesokan harinya, Naga Nusa pun datang menunggu
di tempat itu. Sementara Ikan Saluang, melainkan bersembunyi di balik
bebatuan bersama teman-temannya sambil memerhatikan gerak-gerik Naga Nusa yang
sedang mondar-mandir menunggu kedatangan musuhnya.
Ikan Saluang pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Pelan-pelan
ia mendekati ekor Naga Nusa, lalu berteriak dengan keras.
“Tuanku! Musuh datang!”
Mendengar teriakan itu, Naga Nusa menjadi panik.
Dengan secepat kilat, ia memutar kepalanya ke arah ekornya, sehingga air sungai
itu mendesau. Ia mengira suara air yang mendesau itu adalah musuhnya. Tanpa
berpikir panjang, ia pun menyerang dan menggigitnya. Namun, tanpa disadari, ia
menggigit ekornya sendiri hingga terputus.
Pada saat itulah, Ikan Saluang segera
memerintahkan semua teman-temannya untuk menggerogoti luka Naga Nusa. Naga Nusa
pun semakin menjerit dan mengamuk. Tempat itu bergetar seolah-olah terjadi
gempa bumi. Namun, kejadian itu tidak berlangsung lama. Tenaga Naga Nusa
semakin lemah, karena kehabisan darah. Beberapa saat kemudian, Naga Nusa
akhirnya mati.
Semua ikan yang ada di dasar Sungai Kahayan
berdatangan memakan daging Naga Nusa hingga habis. Hanya kerangkanya yang
tersisa. Lama kelamaan, kerangka tersebut tertimbun tanah dan ditumbuhi
pepohonan. Tumpukan pepohonan itu kemudian membentuk sebuah pulau yang kini
dikenal dengan nama Pulau Nusa.
bgus
BalasHapusSeru binggow :)
BalasHapus